24 September, 2007

Hutan Borneo "Tinggal Kenangan"

Oleh C Wahyu Haryo PS
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0709/24/utama/3864998.htm
==========================

Siang cukup terik, tetapi keasrian pohon tua dan ratusan tanaman hias di rumah yang berada di pinggir Cagar Alam Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, mampu menghalau panas mentari. Apalagi lelaki dengan rambut sudah memutih dan wajah berkeriput yang menghuni rumah itu sangat ramah.

Dialah Abdus Samad (75), salah satu tokoh masyarakat Mandor yang juga diberi amanah untuk menjadi juru kunci Makam Juang Mandor, yang letaknya berhimpitan dengan Cagar Alam Mandor. Dengan fasih Abdus Samad bertutur, hutan di Cagar Alam Mandor masih asri saat ia masih muda.

Rimba yang berada di sekitar 90 kilometer sebelah utara Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat (Kalbar), itu dulunya dipenuhi ragam pepohonan asli, seperti meranti (Shorea spp), tengkawang (Shorea stenoptera), dan ramin (Gluta renghas) yang berdiameter 1-2 meter, begitu mudah dijumpai di sana.

Suara sejumlah satwa asli, seperti klempiau (Hylobates agilis), burung enggang (Buceros rhinoceros), kukang (Nycticebus coucang), dan beruang madu (Helarctos malayanus), melantun mengisi ruang kehidupan alam di sana.

Ragam flora khas, seperti anggrek hitam (Cologyne pandurata), anggrek kuping gajah (Bulbophylum beccarii), dan kantong semar (Nephentes), turut mewarnai rimba seluas 3.080 hektar itu. Petualangan menembus belantara Mandor sering dilakoni Samad demi memenuhi hobinya mengumpulkan ragam tanaman hias itu.

"Hutan Mandor masih utuh hingga tahun 1977. Lambat laun perambahan hutan berlangsung dan mencapai puncaknya pada era reformasi. Saya masih ingat bagaimana deru mesin truk-truk pengangkut kayu log lalu lalang di Makam Juang Mandor seakan tak pernah putus hingga larut malam. Sejak itu sejumlah flora dan fauna di sana mulai punah," katanya, pekan lalu.

Setelah tahun 2000, pembalakan liar di Cagar Alam Mandor mulai surut karena hutan mulai gundul dan tegakan pohon besar di sana juga mulai habis. Namun, bencana ekologis tak berhenti. Penambang emas tanpa izin yang sebelumnya hanya beroperasi di sungai-sungai di sekitarnya mulai merambah kawasan Cagar Alam Mandor.

Menurut Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kalbar Tri Budiarto, sedikitnya ada 12 kelompok penambang emas tanpa izin yang hingga kini masih beroperasi di kawasan itu. Setiap kelompok beranggotakan 8-12 orang. Mereka bekerja menggunakan mesin sehingga laju kerusakan lingkungan berlangsung cepat.

Diperkirakan, setiap hari Setiap kelompok memproduksi 7 gram emas serta menggunakan zat berbahaya merkuri sebanyak 7 gram untuk mengolahnya.

Kini sebagian dari hutan di Cagar Alam Mandor telah berubah menjadi hamparan padang pasir gersang yang panas dan dihiasi genangan air keruh yang tidak ada ikannya. Sejauh mata memandang, yang tampak hanyalah padang pasir. Hamparan hijau memang masih terlihat, tetapi itu hanyalah semak belukar yang tumbuh dengan sendirinya di atas jejak-jejak pembalakan liar. Rasanya hampir tidak percaya kalau padang pasir itu dulunya rimba belantara seperti dikisahkan Samad.

Cagar Alam Mandor hanyalah sekelumit fakta kerusakan hutan di Kalimantan, khususnya di Kalbar. Sebab, pembalakan liar juga terjadi di banyak tempat, termasuk di Taman Nasional Betung Kerihun dan Taman Nasional Gunung Palung.

Pembalakan liar di kawasan hutan masih menjadi problem utama yang memicu kerusakan hutan di Kalbar. Pada pertengahan April 2007 Masyarakat Perhutanan Indonesia Komisi Daerah Kalbar merilis, laju kerusakan hutan di Kalbar hampir 165.000 hektar per tahun atau sekitar 23 kali luas lapangan sepak bola per jam. Selain itu, tidak kurang dari 864.000 m>sup<3>res<>res< kayu gelondong setiap tahun keluar, ke negeri jiran. Kerugian negara akibat pembalakan liar diperkirakan mencapai Rp 220 miliar.

Usaha memberantas pembalakan liar sebenarnya juga gencar. Dalam kurun waktu 2006-2007 saja, polisi menangani 68 kasus pembalakan liar dengan jumlah kekayaan negara yang dapat diselamatkan Rp 1,3 miliar. Dinas Kehutanan Kalbar pada tahun 2005-2006 telah menangani 137 kasus, dengan hasil lelang barang bukti kayu senilai Rp 34,2 miliar.

Meski demikian, aksi kucing-kucingan masih saja dilakukan pembalak liar, yang terkadang juga bermain mata dengan aparat penegak hukum. Dengan beragam kerusakan hutan yang hingga saat ini terus terjadi, bukan mustahil kejayaan rimba Kalimantan pada waktunya hanya akan tinggal dongeng, seperti yang diceritakan Samad tentang Cagar Alam Mandor.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Casino Game For Sale by Hoyle - Filmfile Europe
› casino-games › casino-games › casino-games › https://jancasino.com/review/merit-casino/ casino-games septcasino.com Casino Game for sale by Hoyle on Filmfile worrione Europe. 도레미시디 출장샵 Free shipping for most countries, no download required. Check the deals filmfileeurope.com we have.