30 September, 2007

Antara Google Moon dan Kontroversi pendaratan di Bulan

Hore.... Google Moon baru aja diluncurkan. sebuah fasilitas baru dari google yang menyediakan informasi secara visual tentang planet bulan dan misi pendaratan manusia di bulan. sangat lengkap gambar(foto-foto) yang dimuat di sana. dan semuanya bersumber dari NASA.

Namun saya jadi bertanya dalam hati, apakah ini sebuah kemajuan atau kemunduran(pembohongan kaliber dunia). kita tentu belum lupa dengan kontroversi pendaratan manusia di bulan yang dibuat oleh negara yang katanya "adi kuasa" itu. kontriversi yang sampai sekarang masih cukup hangat untuk dibicarakan. apalagi dengan kemunculan google moon etrsebut, semakin menambah kontroversi lagi deh.

gemana nih dengan pendapat teman-teman mengenai google moon. kalo penasaran, liat aja do http://moon.google.com

Pelajaran dari Pengamen Jalanan

kemaren, seperti biasanya saya menikmati kebiasaan baru. kebiasaan yang memnyenangkan, yaitu berangkat dan pulang ke jogja. perjalanan menggunakan bis Jogja-Purwokerto kelas ekonomi. bis ini adalah bis faforitku karena memamng saya sudah mencoba untuk naik bis yang ber-pendingin, namun memang tidak cocok dengan dengan hawa-nya sehingga membuat saya menjadi sakit. kata orang-orang sih karena saya tidak bakat untuk menjadi orang "penting".
seperti biasa juga dalam bis kadang berjubal dengan para penumpang, yang duduk maupun yang berdiri empet-empetan (berdesak-desakan). hiruk pikuk para penumpang menambah panas suasana yang memamng sumpek dengan berbagai aroma, mulai dari aroma parfum sampae aroma balsem.
tak ketinggalan juga para pengasong dalam bis yang juga ikut "memeriahkan" suasana dalam bis, mereka menawarkan dagangannya salaing bersahutan antara pedagang satu dengan pedagang lainnya. mereka berebut calon pembeli.
yang tidak ketinggalan adalah para pengamen dalam bis. mereka jumlahnya sangat banyak. jika mau menghitung, mulai dari saya naik bis di kalibagor sampai ke jogja bisa sampai 10-15 pengamen. mereka keluar masuk silih berganti, ada pengamen "solo", ada juga pengamen yang "berjamaah" sampai 5 atau 6 orang. begitu beragam lagu-lagu yang mereka nyanyikan, namun karena hari-hari ini adalah nuansa ramadhan maka kebanyakan mereka menyanyikan lagu-lagu rohani.
biasalah.... sebelum maupun sesudah menyanyikan lagu pasti mereka akan menyampaikan pengantar sebagai basa-basi untuk mendapatkan "simpati" dari para penumpang. ada yang terus terang mereka mengaku sebagai pengamen jalanan, namun ada juga yang tidak mau disebut pengamen jalanan. tapi mereka sebut diri mereka sebagai "artis seniman". banyak dari mereka yang menyanyikan lagu-lagu untuk menyindir para penumpang yang intinya penumpang akan malu jika tidak memberi uang pada pengamen tersebut.

Namun kemaren ada pengamen yang berbeda dari biasanya. dari sekian banyak pengamen, dia yang berpenampilan nyentrik dibanding dengan pengamen-pengamen sebelumnya. bagaimana tidak nyentrik. lha wong umurnya sekitar 60-an tahuntapi masih sangat enerjik dan yang tidak ketinggalan adalah di lehernya ada kalung yang ternyata liontonnya adalah sebuah flashdisk. ya.... tidak salah, itu adalah sebuah flashdisk yang tergantung di dadanya. tidak hanya itu kenyentrikannya, yang tidak kalah menariknya adalah ternyata dalam kata pengantarnya dia mengaku sebagai Ketua Paguyuban Pengamen Jogja-Solo. jabatan yang keren bukan??!!!


banyak yang beliau (saya sebut "beliau" karena saya taruh hormat padanya, walau hanya pengamen) sampaikan selama menemani perjalananku. Dengan organisasinya tersebut, dia banyak menyindir para penumpang yang sungguh di luar dugaan saya sebelumnya. Banyak dari kita yang memandang sebelah mata kepada para pengamen. pengamen kita identikkan dengan penagngguran, kumal, urakan, dan banyakn kesan-kesan negatif yang kita tempelkan padanya. memang, ada juga pengamen yang seperti apa yang kita gambarkan tersebut, tapi tidak semuanya. "Pengamen juga manusia", begitu kata yang saya adaptasi dari Seurieus.

Mereka mengamen adalah sebagai media untuk mengekspresikan jiwa seni yang ada pada dirinya. selain juga untuk menyambung hidup. toh yang mereka lakukan bukan hal yang dilarang oleh agama. bagi mereka, lebih baik mengamen daripada mencuri.

pengamen yang ketua organisasi tersebut, mengatakan dan menawarkan kepada para penumpang bahwa mereka (para pengamen) dengan organisasinya telah membantu banyak rakyat yang senasib dengan mereka(maksudnya adalah rakyat miskin). banyak yang sudah mereka berikan, misanya mengadkan sunat massal, mengadakan pembinaan wirausaha, mengadakan kegiatan-kegiatan amal dan lain sebagainya. beliau mneyampaikan bahwa bagi para penumpang yang kebetulan "sangu" nya pas-pasan maka tidak usah memberi uang receh pada pengamen. DAN KALAU MAU MALAH SILAHKAN UNTUK MENGAMBIL UANG RECEHAN YANG SUDAH DIDAPATKAN OLEH PENGAMEN UNTUK TAMBAHAN ONGKOS PERJALANAN. sungguh luarbiasa beliau. beliau telah membuka mata hati saya bahwa tidak semua apa yang kita pikiran tentang pengamen benar.

ternyata masih ada pengamen yang punya hati nurani, masih ada yang dengan segala keterbatasan dan kekurangannya mau memberi bantuan kepada sesama. Mari kita untuk bersikap lebih arif dan bijaksana dalam membuat kesimpulan kepada seseorang atau sekelompok orang. BELUM TENTU KITA YANG LEBIH BAIK DARI MEREKA.

24 September, 2007

"Kemajuan" di Bulan Ramadhan

Luar biasa gegap gempita penyambutan bulan rRamadhan. di sana-sini sibuk mempersiapkan datangnya bulan yang suci. sungguh pemandangan yang indah. Begitu antusiasnya orang-orang berbondong-bondong menuju masjid untuk menjalankan sholat taraweh. Masjid dimana-mana penuh sesak oleh jamaah sholat taraweh. sungguh mengagumkan semangat para warga untuk melaksanakan sholat sunah tersebut secara berjamaah. padahal jika hari selain bulan ramadhan, jamaah masjid dan mushala dapat dihitung dengan jari.
Bulan ramadhan merupakan bulan penuh rahmat. Bulan dimana dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka. namun jika puasa ramadhan sudah berjalan beberapa hari, maka masjid dan mushala mulai menyepi, MAKIN TAMBAH HARI TERJADI KEMAJUAN PADA BARISAN SHAFT SHALAT JAMAAH TARAWEH. Mungkin sudah mulai banyak yang kecapekan, kekenyangan, sibuk mempersiapkan lebaran, dan lain-lain. namun terlepas dari itu semua, Allah SWT tetap melimpahkan rahmatNya kepada siapa saja yang Dia inginkan. sungguh Maha Besar Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, yang ampunannya tiada habis untuk umat yang dikehendakinya.
Ya Allah, kuatkanlah jiwa kami, kuatkanlah raga kami, untuk tetap dijalanMu ya Allah. Engkau Maha Pengampun, Engkau Maha Pengasih, Engkau Maha Penyayang. Ampunilah dosa hambaMu ini.
Semoga dibulan ramadhan ini menjadi bulan yang benar-benar berkah untuk kita dan untuk semua umat Islam serta semua umat manusia dan seluruh alam.

Hutan Borneo "Tinggal Kenangan"

Oleh C Wahyu Haryo PS
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0709/24/utama/3864998.htm
==========================

Siang cukup terik, tetapi keasrian pohon tua dan ratusan tanaman hias di rumah yang berada di pinggir Cagar Alam Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, mampu menghalau panas mentari. Apalagi lelaki dengan rambut sudah memutih dan wajah berkeriput yang menghuni rumah itu sangat ramah.

Dialah Abdus Samad (75), salah satu tokoh masyarakat Mandor yang juga diberi amanah untuk menjadi juru kunci Makam Juang Mandor, yang letaknya berhimpitan dengan Cagar Alam Mandor. Dengan fasih Abdus Samad bertutur, hutan di Cagar Alam Mandor masih asri saat ia masih muda.

Rimba yang berada di sekitar 90 kilometer sebelah utara Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat (Kalbar), itu dulunya dipenuhi ragam pepohonan asli, seperti meranti (Shorea spp), tengkawang (Shorea stenoptera), dan ramin (Gluta renghas) yang berdiameter 1-2 meter, begitu mudah dijumpai di sana.

Suara sejumlah satwa asli, seperti klempiau (Hylobates agilis), burung enggang (Buceros rhinoceros), kukang (Nycticebus coucang), dan beruang madu (Helarctos malayanus), melantun mengisi ruang kehidupan alam di sana.

Ragam flora khas, seperti anggrek hitam (Cologyne pandurata), anggrek kuping gajah (Bulbophylum beccarii), dan kantong semar (Nephentes), turut mewarnai rimba seluas 3.080 hektar itu. Petualangan menembus belantara Mandor sering dilakoni Samad demi memenuhi hobinya mengumpulkan ragam tanaman hias itu.

"Hutan Mandor masih utuh hingga tahun 1977. Lambat laun perambahan hutan berlangsung dan mencapai puncaknya pada era reformasi. Saya masih ingat bagaimana deru mesin truk-truk pengangkut kayu log lalu lalang di Makam Juang Mandor seakan tak pernah putus hingga larut malam. Sejak itu sejumlah flora dan fauna di sana mulai punah," katanya, pekan lalu.

Setelah tahun 2000, pembalakan liar di Cagar Alam Mandor mulai surut karena hutan mulai gundul dan tegakan pohon besar di sana juga mulai habis. Namun, bencana ekologis tak berhenti. Penambang emas tanpa izin yang sebelumnya hanya beroperasi di sungai-sungai di sekitarnya mulai merambah kawasan Cagar Alam Mandor.

Menurut Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kalbar Tri Budiarto, sedikitnya ada 12 kelompok penambang emas tanpa izin yang hingga kini masih beroperasi di kawasan itu. Setiap kelompok beranggotakan 8-12 orang. Mereka bekerja menggunakan mesin sehingga laju kerusakan lingkungan berlangsung cepat.

Diperkirakan, setiap hari Setiap kelompok memproduksi 7 gram emas serta menggunakan zat berbahaya merkuri sebanyak 7 gram untuk mengolahnya.

Kini sebagian dari hutan di Cagar Alam Mandor telah berubah menjadi hamparan padang pasir gersang yang panas dan dihiasi genangan air keruh yang tidak ada ikannya. Sejauh mata memandang, yang tampak hanyalah padang pasir. Hamparan hijau memang masih terlihat, tetapi itu hanyalah semak belukar yang tumbuh dengan sendirinya di atas jejak-jejak pembalakan liar. Rasanya hampir tidak percaya kalau padang pasir itu dulunya rimba belantara seperti dikisahkan Samad.

Cagar Alam Mandor hanyalah sekelumit fakta kerusakan hutan di Kalimantan, khususnya di Kalbar. Sebab, pembalakan liar juga terjadi di banyak tempat, termasuk di Taman Nasional Betung Kerihun dan Taman Nasional Gunung Palung.

Pembalakan liar di kawasan hutan masih menjadi problem utama yang memicu kerusakan hutan di Kalbar. Pada pertengahan April 2007 Masyarakat Perhutanan Indonesia Komisi Daerah Kalbar merilis, laju kerusakan hutan di Kalbar hampir 165.000 hektar per tahun atau sekitar 23 kali luas lapangan sepak bola per jam. Selain itu, tidak kurang dari 864.000 m>sup<3>res<>res< kayu gelondong setiap tahun keluar, ke negeri jiran. Kerugian negara akibat pembalakan liar diperkirakan mencapai Rp 220 miliar.

Usaha memberantas pembalakan liar sebenarnya juga gencar. Dalam kurun waktu 2006-2007 saja, polisi menangani 68 kasus pembalakan liar dengan jumlah kekayaan negara yang dapat diselamatkan Rp 1,3 miliar. Dinas Kehutanan Kalbar pada tahun 2005-2006 telah menangani 137 kasus, dengan hasil lelang barang bukti kayu senilai Rp 34,2 miliar.

Meski demikian, aksi kucing-kucingan masih saja dilakukan pembalak liar, yang terkadang juga bermain mata dengan aparat penegak hukum. Dengan beragam kerusakan hutan yang hingga saat ini terus terjadi, bukan mustahil kejayaan rimba Kalimantan pada waktunya hanya akan tinggal dongeng, seperti yang diceritakan Samad tentang Cagar Alam Mandor.

Tauhid Vertikal dan Tauhid Horisontal

Adapun apa, ke mana, dan bagaimanakah sesungguhnya yang dijalani oleh para
pelaku Rukun Islam, terutama yang ber'revolusi' dengan puasa?

Pilar utamanya adalah tauhid vertikal (tawhid ilahiyyah) dan tauhid horisontal
(tawhid basyariyyah). Tauhid itu proses penyatuan. Penyatuan (ilahiyyah) ke atau
dengan Allah, serta penyatuan ke atau dengan sesama manusia atau makhluk,
memiliki rumus dan formulanya sendiri-sendiri.

Perlawanan terhadap dunia, penaklukan atas diri dan kehidupan untuk
diduniaakhiratkan yang ditawarkan oleh ibadah puasa--sekaligus berarti proses
deindividualisasi, bahkan deeksistensialisasi. Tauhid adalah perjalanan
deeksistensialisasi, pembebasan dari tidak pentingnya identitas dan
rumbai-rumbai sosial keduniaan di hadapan Allah. Segala kedudukan, fungsi dan
peran di dunia dipersembahkan atau dilebur ke dalam eksistensi sejati Allah dan
kasih sayang-Nya. Tauhid sebagai perjalanan deindividualisasi berarti menyadari
dan mengupayakan proses untuk larut menjadi satu atau lenyap ke dalam
wujud-qidam-baqa' Allah. Manusia hanya diadakan, diselenggarakan seolah-olah
ada, ada-nya palsu--oleh Yang Sejati Ada.

Yang juga ditawarkan oleh puasa adalah proses dematerialisasi, atau peruhanian
atau dalam konteks tertentu pelembutan dan peragian. Dematerialisasi bisa
dipahami melalui, umpamanya, konteks peristiwa Isra' Mi'raj. Rasulullah
mengalami proses transformasi dari materi menjadi energi menjadi cahaya. Maka,
dematerialisasi vertikal bisa berarti mempersepsikan, menyikapi dan mengolah
materi (badan, pemilikan, dunia, perilaku, peristiwa) untuk dienergikan menuju
pencapaian cahaya. Fungsi sosial dikerjakan, managemen dijalankan, musik
diciptakan, karier ditempuh, ilmu digali dan buku dicetak, uang dicari dan harta
dihamparkan--tidak dengan orientasi ke kebuntuan dunia sebagai materi yang fana,
melainkan digerakkan ke makna ruhani, pengabdian dan taqarrub kepada Allah,
sampai akhirnya masuk dan bergabung ke dalam 'kosmos' dan sifat-Nya.

Proses dematerialisasi, proses ruhanisasi atau proses transformasi menuju
(bergabung, menjadi) Allah, meminta hal-hal tertentu ditanggalkan dan
ditinggalkan. Dalam bahasa sehari-hari orang bilang: jangan mati-matian mencari
hal-hal yang tidak bisa dibawa mati.

Menanggalkan dan meninggalkan itu mungkin seperti perjalanan transformasi padi
menjadi beras, dan menjadi nasi. Padi menjadi beras dengan menanggalkan kulit.
Beras juga padi, tapi beras bukan lagi padi, sebagaimana padi belum beras. Nasi
itu substansinya padi atau beras, tapi sudah melalui proses suatu pencapaian
transformatif. Para pemakan nasi tidak antipadi, tapi juga tidak makan padi dan
menanggalkan kulit padi. Pemakan nasi sangat membutuhkan beras, tapi tidak makan
beras dan tidak membiarkan beras tetap jadi gumpalan keras. Pemakan nasi
memproses bahan dan substansi yang sama menjadi atau menuju sesuatu yang baru.

Jadi, jika pemburu atau pengabdi Allah tidak antidunia, tidak antimateri, tidak
antibenda, tapi juga tidak menyembah benda, melainkan mentransformasikan
(mengamalsalehkannya), meruhanikannya (menyaringnya menjadi bermakna akhirat).
Bahkan manusia akan menanggalkannya dan meninggalkan dirinya sendiri (gumpalan
individu, wajah, badan, performance, eksistensi dunia), karena 'dirinya' di
akhirat, dirinya yang bergabung ke Allah adalah sosok amal salehnya.

Pada 'citra' waktu, dematerialisasi, peruhanian, deindividualisasi, dan
deeksistensialisasi berarti pengabdian. Pembebasan dari kesementaraan. Yang
ditanggalkan dan ditinggalkan adalah kesementaraan. Segumpal tanah bersifat
sementara, tapi ia difungsikan dalam sistem manfaat dan rahmat, maka fungsinya
itu mengabdi. Sebagaimana gumpalan badan kita serta segala materi eksistensi
kita bersifat sementara, yang menjadi abadi adalah produk ruhani pemfungsian
atas semua gumpalan itu.

Melampiaskan dan Mengendalikan

Juga dalam proses tauhid horisontal, penyatuan berarti sosialisasi pribadi.
Kalau masih pribadi yang individualistik (ananiyyah), ia gumpalan. Begitu
integral-sosial (tawhid basyariyyah), ia mencair, melembut. Yang ananiyyah itu
temporer dan berakhir, yang tauhid basyariyah itu baqa' dan tak berakhir.

Identitas sosial, harta benda, individu, segala jenis pemilikan dunia,
dienergikan, diputar, disirkulasikan, didistribusikan, dibersamakan atau
diabadikan ke dalam keberbagian sosial. Itulah peruhanian horisontal.

Karena itu, proses-proses menuju keadilan sosial, kemerataan ekonomi, distribusi
kesejahteraan, kebersamaan kewenangan dan lain sebagainya--sesungguhnya
merupakan aktualisasi tauhid secara horisontal.

Kita tinggal memperhatikan setiap sisi, segmen dan lapisan dari proses sosial
umat manusia (pergaulan, kebudayaan, negara, sistem, organisasi) melalui
terma-terma materialisasi versus peruhanian, satu versus kemenyatuan,
pensementaraan versus pengabdian, penggumpalan versus pelembutan, sampai
akhirnya nanti pelampiasan versus pengendalian. Budaya ekonomi-industri-konsumsi
kita mengajak manusia untuk melampiaskan. Sementara agama menganjurkan manusia
untuk mengendalikan. Kalau kedua arus itu sama-sama menemukan lembaga dan
kekuatan sejarahnya yang berimbang, konflik peradaban akan serius.

Ibadah puasa merupakan jalan 'tol' bagi perjuangan manusia untuk mencapai
kemenangan di tengah tegangan-tegangan konflik tersebut. Juga dalam pergulatan
antara iradah al-nas dalam arti individualisme individu-kecil dengan iradah
Allah Individu Besar Total.

Kita bisa menolak ke terma sab'a samawat, tujuh langit--
Roh-Benda-Tumbuhan-Hewan-Manusia- Ruhanisasi-Ruh-- bisa kita temukan
siklus-siklus kecil dan besar proses peruhanian yang diselenggarakan oleh
manusia.

Atau terma Empat 'Agama'--'agama'intuitif-instinktif, 'agama' intelektual,
'agama' wahyu, serta 'agama atas agama'--kita bisa menemukan bahwa ketika
penerapan wahyu-Agama terjebak menjadi berfungsi gumpalan-gumpalan, maka 'agama
atas agama' merupakan fenomena peruhanian, kristalisasi substansi. Semua manusia
bekerjasama menempuh nilai-nilai inti peruhanian yang mengatasi
gumpalan-gumpalan aliran, sekte, kelompok, mazhab atau organisasi agama.

Terma lain yang mungkin bisa kita sentuh adalah cakrawala puasa la'allakum
tattaqun. Produk maksimal puasa bagi pelakunya adalah derajat dan kualitas
takwa. Dalam terapan empiriknya, kita mencatat stratifikasi
fiqh/hukum-akhlak-takwa. Kondisi peradaban umat manusia masih tidak gampang
untuk sekadar mencapai tataan manusia fiqh/hukum atau budaya fiqh/hukum. Apalagi
naik lebih lagi ke level akhlak dan takwa.

Bulan Puasa Penuh Hikmah

Bulan puasa adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Islam. Bulan dimana dilimpahkannya rahmat Allah SWT kepada seluruh umat. Bulan pengampunan dan bulan diturunkannya Al Quran.
sering kita mendengar ungkapan "mari ber-lomba2 dalam mencari pahala Allah". sebuah kalimat yang menurut saya kurang tepat jika diartikan secara filosofis. KENAPA???
asumsi kata "berlomba-lomba" adalah saling mendahului untuk mendapat kemenangan. dimana prinsip berlomba adalah menganggap peserta selain kita adalah sebagai orang yang harus dikalahkan. kita harus menang dengan mengalahkan orang lain. sehingga secara tidak langsung akan timbul persaingan antar personal yang mengakibatkan jika seseorang tersebut merasa paling aktif dan khusyuk dalam beribadah, maka dia akan merasa menjadi seorang pemenang. Yang selanjutnya tentu akan memunculkan sikap riya'. tentunya sikap tersebut tidak kita inginkan.
kita bisa amati, misalnya dalam perlombaan lari, jika peserta lain yang tadinya di depan kita kemudian tiba2 dia kelelahan dan larinya menjadi lambat, maka itu adalah kesempatan buat kita untuk mendahuluinya. tidak ada terpikir oleh kita untuk memberinya semangat agar cepat mencapai finish.
konsep yang lebih tepat untuk menggantikan kata berlomba2 adalah "mari bersama2 bersinergi untuk meraih kemenangan". kedengaran lebih ramah di telinga dan tidak ada kesan saling mengalahkan.

wallahua'lam bisshawab.
ku tunggu komentarmu